PLUS MINUS JADI PASKIBRAKA
Plus-Minus Jadi Paskibraka
Rabu, 17 Agustus 2011 – 07:05 WIB

Tugas menjadi Paskibraka memang boleh dibilang masih membanggakan. Buktinya, setiap kali dilaksanakan seleksi mulai tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat, mereka yang terpilih selalu antusias.
Tetapi, di balik itu ternyata masih ada sisi lain yang menjadi masalah. Mulai persoalan fasilitas latihan hingga anggaran yang belakangan kian jauh dari harapan. Bahkan, program itu terkesan dianaktirikan.
Penanggung Jawab Pelaksanaan Program Paskibraka Jonni Mardizal mengungkapkan, salah satu masalahnya terletak pada kondisi fasilitas latihan di Pusat Pengembangan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP PON) Cibubur, Jakarta. Di tempat itulah para calon anggota Paskibraka yang akan mengibarkan bendera pusaka pada upacara detik-detik proklamasi digembleng sebulan penuh.
Kondisi PP PON saat ini bisa dikatakan sudah tidak layak. Kerusakan-kerusakan mulai tampak di beberapa sisi. Mulai konstruksi yang sudah harus diperbarui, langit-langit yang jebol, dan kondisi kamar yang sudah tidak sesuai dengan standar ideal.
"Kami harus maklum dengan kondisi itu. Memang sudah lama sekali bangunannya. Ada 30 tahunan lebih usianya. Kalau disesuaikan dengan kondisi sekarang, memang sudah tidak layak," ujar Jonni.
Soal kapasitas kamar, misalnya. Idealnya, setiap kamar diisi maksimal dua orang anggota Paskibraka. Tetapi, kenyataan saat ini memperlihatkan bahwa setiap kamar harus diisi tiga sampai empat anggota Paskibraka. Kamar mandi dan lantainya pun sudah kurang layak, perlu perbaikan.
Karena itu, setelah pelatihan tahun ini, tempat tersebut bakal diperbaiki. Bukan dibangun secara keseluruhan, melainkan hanya sedikit direnovasi. Sebab, Jonni ingin mempertahankan keaslian asrama yang menjadi kawah candradimuka Paskibraka selama bertahun-tahun tersebut.
Selain kondisi bangunan, persoalan juga menyangkut anggaran. Bukan hanya anggaran renovasi, tetapi juga anggaran bagi Paskibraka yang selama ini menjadi tanggung jawab Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Sayang, Jonni tidak mau menyebutkan besar anggaran yang harus dikeluarkan oleh Kemenpora untuk biaya renovasi itu. Dia hanya membocorkan bahwa anggaran untuk pelatihan Paskibraka mencapai Rp 1,8 miliar. Jumlah tersebut, lanjut Jonni, sudah termasuk biaya akomodasi, transportasi dari daerah masing-masing, konsumsi, seragam, dan kebutuhan lain yang terkait dengan kelengkapan anggota Paskibraka.
"Jumlah segitu memang masih kurang. Seharusnya, ada tambahan-tambahan agar bisa ideal," kata pejabat eselon II Kemenpora tersebut. Khusus reward untuk anggota Paskibraka tidaklah sebesar yang diberikan kepada para atlet tanah air.
"Itu bedanya. Anggaran untuk kepemudaan memang tidak sebesar anggaran keolahragaan. Jadi, kalau reward, masih kalah oleh olahragawan. Itu pula yang menjadi ketidakpuasan kami selama ini, kenapa beda anggarannya jauh sekali," tutur lelaki kelahiran 24 Maret 1962 tersebut.
Lantas, apakah anggaran tersebut sudah sesuai dengan pengorbanan orang-orang yang menjadi anggota Paskibraka? Menurut Jonni, itu bergantung penilaian para anggota Paskibraka yang saat ini dikarantina.
Jonni membeberkan beberapa keuntungan yang bisa didapat saat menjadi anggota Paskibraka. Selain mendapat pelatihan yang menempa pribadi, mereka berkesempatan beramah tamah dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Itu kesempatan langka. Tidak semua orang bisa bertemu langsung dan beramah tamah dengan presiden. Itu suatu kehormatan bagi mereka," tegasnya. Setelah melaksanakan tugas pada 17 Agustus, para anggota Paskibraka akan diajak berkeliling ke beberapa instansi pemerintah dan militer. Dilanjutkan dengan berkeliling ke beberapa perusahaan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Nah, dari acara itu mereka bakal mendapat keuntungan lebih. Para anggota Paskibraka biasanya bakal memperoleh reward tambahan. Itu bisa juga menjadi uang saku mereka. Sebab, setelah road show, mereka langsung bersiap menjadi duta belia. Program kunjungan ke negara sahabat dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk seluruh anggota Paskibraka juga ada.
"Mereka setelah itu menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri. Mereka beruntung juga dengan menjadi wakil Indonesia dan bisa berjalan-jalan ke luar negeri," papar Jonni. (aam/c11/kum)
Komentar
Posting Komentar